Minggu, 10 April 2011

Pluralisme Gus Dur itu Sosialogis, Bukan Teologis

11.14 |

Jakarta, Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menegaskan jika selama ini banyak orang salah dalam menafsirkan dan menuliskan tentang pluralisme yang diperjuangkan oleh Mantan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Mereka menerjemahkannyadalam konteks teologis, padahal yang benar adalah sosiologis, kemanusiaan.

Demikian diungkapkan Hasyim Muzadi ketika menerima Zannuba Arifah Chafsoh, KH Ahmad Syahid, Imron Rosyadi Hamid dan Choirul Saleh Rasyid dan jajaran PKB Gus Dur di kediamannya di Pesantren Al-Hikam, Depok, pada Jumat (8/4). Oleh sebab itu menurut Hasyim, pemikiran Gus Dur yang ditulis orang selama ini adalah masih “kata” orang. Bukan menurut NU dan Ulama NU.

Seperti penerimaan Pancasila sebagai asas Negara, itu adalah memang secara syar’ie, karena teks-teks dan substansi nilai-nilai Pancasila itu sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Karena itu, Pancasila itu islami. Dan, yang harus menjelaskan itu adalah Gus Dur dan para ulama NU seperti alm. KH Ahmad Shiddiq selaku Rais Aam PBNU ketika itu.

“Saya sendiri sebagai pekerja dan memenej NU. Nah, setelah tidak lagi menjadi pimpinan NU, maka manhaj-cara pandang pemikiran keagamaan itu secara nyata saya terapkan di Al-Hikam ini. Sebab, NU itu sering hanya ngurusi keranjangnya saja, sedangkan isinya tidak,” ujar Hasyim mengingatkan.

Lebih memperihatinkan lagi orang-orang yang menuslis Gus Dur sekarang ini ada dua kepentingan. Yaitu, untuk kepentingan popularitasnya sendiri dan sebagainya dan agar Gus Dur dan warga NU ini tetap ada di bawah. Baik dalam aspek social politik, kenegaraan, ekonomi, pendidikan dan seterusnya. “Mereka itu ingin agar NU tidak besar dan tidak maju,” tambah Hasyim.

Oleh sebab itulah lanjut Hasyim, agar NU berperan dalam berbangsa dan bernegara ini maka Gus Dur mendirikan PKB. Hanya satu salahnya dalam pendirian PKB itu, kadernya tidak dibai’at, disumpah dan ditraining untuk istiqomah menjaga rumah politik itu. Alhasil, kader PKB yang menjadi pejabat di legislative dan eksekutif akhirnya berani “melawan” orang tuanya, sehingga PKB seperti sekarang ini.

Dengan demikian, Hasyim meminta Yenny melakukan apa yang bisa dilakukan untuk mengabdi kepada bangsa dan Negara ini. Perjuangan Gus Dur harus dilanjutkan. “Jangan lupa berikanlah tempat bagi kader-kader NU sesuai kemampuan masing-masing. Bahwa di organisasi maupun parpol itu 50 persennya harus ada konseptor dan pendobraknya, juga 50 persen manejer,” tutur Hasyim.

Yenny sendiri pada Sabtu (9/4) menggelar Majelis Sholawat Gus Dur di Ciganjur, yang dilakukan setiap awal bulan dan pada Sabtu-Ahad, 9-10 April menggelar Muspimnas PKB Gus Dur di Kalibata, Jakarta Selatan, yang diikuti oleh 33 pengurus wilayah se-Indonesia.(amf) NU Online


Perlu Dibaca Juga :


0 komentar:

Posting Komentar