Kamis, 14 April 2011

Terima Dubes Inggris, PBNU Berharap Inggris Jaga Citra Positif di Dunia Islam


JakartaKetua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj berharap agar negera Inggris mampu menjaga citra positif sebagai negara yang paling baik dimata dunia muslim dibandingkan dengan negara Eropa lainnya.

Hal ini disampaikan ketika menerima Dubes Inggris untuk Indonesia Martin Alan Hatful dalam kunjungannya ke PBNU, Kamis (14/4). Ia menjelaskan komitmen Inggris terhadap kebebasan beragama dan penghargaan terhadap keseteraan telah dibuktikan dengan adanya warga Inggris beragama Islam yang menjadi anggota parlemen, walikota atau menteri.


Namun demikian, dalam kasus Libya, Kang Said berharap agar Inggris tidak salah dalam mengambil sikap. “Inggris jangan sampai salah dalam mengambil sikap yang nantinya bisa merubah citranya di dunia Muslim. Kalau bisa citranya bisa semakin bagus di dunia muslim,” katanya.


Inggris merupakan salah satu anggota NATO yang terlibat dalam mengamankan zona larangan terbang di Libya yang diamanatkan oleh Dewan Keamanan PBB. Sayangnya, sejumlah kalangan menilai tindakan yang mereka lakukan melampaui wewenang yang diberikan. 
Hatful menjelaskan, dukungan Inggris terhadap operasi di Libya merupakan pelaksanaan dari resolusi Dewan Keamanan PBB guna melindungi rakyat sipil. Ia juga menegaskan, hal ini bukan konflik antara Arab dan Eropa. 

Kang Said sendiri menegaskan, dalam ajaran Islam, membela kebaikan juga harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar.
Pada kesempatan tersebut, Hatful juga menyatakan dukungannya atas Islam moderat di Indonesia agar kelompok radikal tidak berkembang. Inggris juga akan bekerjasama dengan NU dalam program climate change, khususnya untuk mengatasi masalah deforestasi yang mengancam kondisi hutan di Indonesia. (mkf) NU Online


Rabu, 13 April 2011

PBNU Kecam Penghancuran Makam Auliya di Mesir

Jakarta, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengecam penghancuran makam-makam para wali (auliya) di Mesir yang terjadi akhir-akhir ini. Di tengah krisis politik di negeri itu. menganggap penghancuran tempat-tempat orang-orang saleh tersebut adalah tindakan yang tidak bisa dibiarkan.

“Tindakan ini sama dengan yang telah dilakukan kaum Wahabi ketika merusak dan menghancurkan makam para wali, para sahabat dan hendak menghancurkan makam Rasulullah SAW pada awal abad ke-20 M di Saudi Arabia,” tegas Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj dalam rilisnya, 12 April 2011.

Bagi NU, makam para auliya memiliki makna sangat penting bagi umat Islam Ahlussunnah waljamaah, baik sebagai sumber keteladanan dan inspirasi perjuangan dakwah Islam maupun sebagai simpul spiritual umat.

“Tindakan pengancuran makam para wali merupakan perbuatan yang melanggar prinsip toleransi beragama dan berkeyakinan, menodai hak dan kemerdekaan berkeyakinan penganut Ahlussunnah Wal Jama’ah dan merusak kerukunan serta persatuan masyarakat Mesir khususnya dan umat Islam seluruh dunia,” lanjut Kang Said.

Doktor lulusan Ummul Qura ini mengajak dan meyeru kepada dunia internasional untuk merespon dengan keras tindakan penghancuran ini. “Bagi masyarakat ahlussunnah waljamaah, tindakan ini adalah upaya penghinaan atas tokoh-tokoh berjasa dan orang-orang saleh yang dihormati. Sedangkan bagi mereka yang menghargai nilai sejarah, tindakan ini adalah upaya menghilangkan sejarah dari muka bumi,” tambahnya.

PBNU meminta kepada pemerintah Mesir untuk menghentikan tindakan ini dan menangkap dan mengadili para pelakunya. Selain itu, dalam rilis tersebut PBNU juga menginstruksikan kepada seluruh jaringan Nahdlatul Ulama di Timur Tengah dan umat Muslim sedunia untuk menyatakan sikap protes dan merespon secara keras tindakan ini.

Makam-makam tersebut antara lain makam Sayyid Abdurrahman, Sayyid Yusuf, Sayyid Abdullah Syahathah, Sayyid Abdul Muta’al, Sayyid Arraddad, Sayyid Al Gharib, Sayyid Jamaluddin (di wilayah Qolyubiyyah), Sayyid Ali Arramli (di wilayah Damanhur), Sayyid Izuddin (di wilayah Munufiyah), dan beberapa makam wali di tempat lain termasuk Kairo bagian Utara. (bil) NU Online


Dalam Kondisi Apapun, NU Mampu Pecahkan Persoalan Umat

Kudus, Dalam kondisi apapun, Nahdlatul Ulama mampu menyelesaikan persoalan ummat. Pasalnya, NU memiliki banyak metode yang sering dipakai warga NU memecahkan masalahnya. Selain diawali  dengan analisa masalah, NU dalam memutuskan hukum masalah juga mempertimbangkan dampak atas solusi yang dihasilkan.

Demikian disampaikan Ketua Pengurus Cabang Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Cabang Kudus saat menghadiri kegiatan bahsul masail diniyyah yang diselenggarakan MWC NU Kecamatan Gebog di masjid Darussalam Desa Karangmalang Gebog Kudus, Selasa (12/4).

Menurut Asyrofi, perkembangan zaman terutama dinamika sosial belakangan ini selalu memunculkan permasalahan yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Sehingga membutuhkan solusi jawaban akan hukum keagamaan.

“Setiap ada masalah penyelesaiannya tidak bermadzhab qouli (mengambil yang sudah jadi) tetapi memulai dengan dengan jalan pikiran dan metode (manhaji) imam madzhab empat,” ujar Asyrofi.

Asyrofi mengapresiasi adanya program bahtsul masail diniyyah yang dilakukan Nahdlatul Ulama. “Melalui bahtsul masail ini, akan bisa sebagai wadah
sekaligus solusi atas problematika keagamaan yang muncul di masyarakat,” tambah mantan ketua DPRD Kudus ini.

Sementara itu, Ketua MWC NU Gebog KH Ibrohim Kholili mengajak warga NU memiliki organisasi secara jam’iyah. Sebab, belakangan banyak masyarakat yang hanya melakukan amalan-amalan NU tanpa mau bergabung dengan organisasi NU.

“Banyak yang punya pikiran, kalau sudah mengamalkan tahlilan dan manaqib itu sudah NU. Padahal sekarang ini banyak non warga NU yang melaksanakan tradisi NU,” katanya saat memberikan sambutan.

Dikatakannya, keberadaan Nahdlatul Ulama harus kuat secara jamaah juga jam’iyah agar organisasi tidak mudah dimanfaatkan oleh orang lain non NU.

“Oleh karenanya, pengurus NU di ranting harus bisa menyuarakan dan melaksanakan program NU secara rutin untuk kepentingan anggota dan masyarakat,” tegasnya penuh harap.

Kegiatan bahtsul masail yang diikuti puluhan kiai, pengurus dan anggota ranting NU se kecamatan Gebog ini membahas permasalahan keagamaan yang diperoleh dari warga NU.

“Bahtsul masail ini dan dilaksanakan merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan satu bulan sekali dan tempatnya bergiliran di masing-masing ranting,” tambah KH Ibrohim usai acara. (adb) NU Online


Selasa, 12 April 2011

Aisyah Hamid Baidhowi: Bukan hanya Kaum Nasionalis yang Dirikan Negara ini

Jakarta, Bangsa Indonesia didirikan oleh berbagai kelompok dan komponen bangsa. Dalam membentuk dan mendirikan negara, para tokoh-tokoh prndiri bangsa saling bersatu dan bermusyawarah untuk menentukan arah bangsa ke depan. Dalam persatuan dan permusyawaratan itu para tokoh yang terlibat, bukan hanya berasal dari kalangan nasionalis saja. Melainkan juga tokoh-tokoh agamawan, terutama para ulama Islam.


Demikian dinyatakan Ibu Nyai Hj. Aisyah Hamid Baidhowi, cucu pendiri NU KH Hasyim Asy'ari di Jakarta, Senin (11/4). "Bukan hanya orang-orang dari kelompok nasionalis saja yang mendirikan negara ini. Kaum santri juga memiliki andil besar dalam pendirian bangsa dan negara ini," tutur Aisyah.

Karenanya, menurut Aisyah, para santri juga menjadi bagian inti dari para pewaris bangsa. Para santri adalah anak kandung bangsa Indonesia, sehingga tidak perlu merasa ada orang lain lebih berhak menentukan arah bangsa.

"Santri dan ulama harus terlibat intensif dalam perkembangan dan perbaikan kualitas hidup bangsa. Jangan sampai ada santri bersikap masa bodoh dengan kondisi bangsa yang sedang terpuruk ini," tandas Aisyah.

Lebih lanjut Aisyah menjelaskan, kaum santri harus ambil bagian dalam setiap dinamika bangsa. Kaum santri harus senantiasa terlibat dalam pembangunan karakter bangsa Indonesia.

"Kita memiliki para pendahulu yang aktif berjuang untuk menegakkan negara dan bangsa ini. Maka kita pun dituntut untuk meneladani dan meneruskan perjuangan mereka dalam memperbaiki kualitas hidup bangsa," tandas Aisyah. (min) NU Online